ZUL

berbagi cerita lewat kata-kata


Menjelajah Cagar Alam Krakatau

Siapa yang ga tau nama Krakatau? Kali ini saya akan sedikit bercerita pengalaman saat menikmati salah satu keindahan alam di Selat Sunda ini. Mungkin sudah banyak yang tahu tentang kisah Gunung Krakatau, terutama “ulah”nya pada tahun 1883 yang menghebohkan dunia. Kehebatan Gunung Krakatau mungkin kini hanya tinggal cerita, namun jangan lupakan sang anak yang tak kalah gahar. Dibalik cerita tentang gaharnya Krakatau, terdapat pula keindahan alam bawah laut yang dapat membuat pengunjung terpukau.

Cagar Alam Krakatau
Cagar Alam Krakatau

Berawal dari ajakan seorang teman untuk ikut bergabung dalam rencana perjalanan ke Krakatau, tanpa pikir panjang langsung saya iyakan. Rencana perjalanan mulai dibuat, kontak person di lapangan sudah tersedia. Rencana anggaran dan belanja pun sudah selesai dirancang, tinggal yang dipake buat bayar yang belum ada :p .

Perjalanan dimulai dari Slipi, untuk dilanjutkan naik bus menuju pelabuhan Merak. Awalnya keberangkatan direncanakan jam 21:00, namun karena salah satu teman yang berangkat dari Padalarang terkendala macet terpaksa harus menunggu hingga pukul 11. Tak perlu lama menunggu, bus yang ditunggu pun tiba meskipun dengan kondisi penuh sesak. Setelah beristirahat sejenak di Merak, Kami melanjutkan perjalanan dengan kapal menuju Bakauheni. Jam 2:30 kapal angkat jangkar, setelah 4 jam perjalanan akhirnya kami sampai juga di Bakauheni, Lampung.

Dermaga Canti
Dermaga Canti

Sesampainya di Lampung kami beristirahat sejenak, setelah itu menyewa angkot untuk menuju ke salah satu dermaga di daerah Canti, Rajabasa. Disini kami berpikir ulang, karena jadwal perahu yang akan mengangkut kami dari dermaga Canti pukul 6, sedangkan kami baru tiba di Canti pukul 7:30. Ada opsi dari Pak Ayun, warga Pulau Sebesi yang mengurus semua kebutuhan kami disana, untuk naik perahu pada jam 13:00. buset, harus nunggu disana πŸ™ . Sampai Canti, kami bertemu Pak Ayun, dan kami pun memberikan opsi untuk digabung dengan salah satu rombongan yang akan berangkat. Setelah sedikit bernegosiasi, deal, kami pun bergabung dengan salah satu rombongan yang ternyata sama-sama dari Jakarta. Dengan begitu, sewa perahu pun semakin hemat πŸ˜‰ .

Pulau Sebesi
Pulau Sebesi

Dari dermaga Canti, kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Sebesi, pulau terdekat dengan Krakatau yang berpenghuni. Dalam perjalanan kesana, kami mampir ke beberapa tempat untuk snorkling. Salah satu spot snorkeling adalah di Pulau Sebuku. Oiya, disarankan untuk membawa peralatan snorkel pribadi. Karena ketersediaan disana terbatas. Disana terdapat terumbu karang yang ditinggali berbagai macam ikan, namun sayang cukup banyak yang mati. Setelah puas di sekitaran pulau Sebuku, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau sebesi untuk beristirahat di penginapan dan sholat Jumat.

Pulau Sebuku
Pulau Sebuku

Sekitar pukul 11:00 kami tiba di pulau Sebesi, pulau yang bertekstur landai di sisi timur dan pegunungan di sisi barat. Setelah sholat Jumat, makan siang pun sudah dihidangkan dan dilengkapi dengan kelapa muda yang menyegarkan suasana siang ditepi pantai. Makan siang sudah selesai, penyakit umum pun mulai menjalar. Saatnya untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan snorkeling dilokasi yang telah direncanakan.

Pulau Umang-umang
Pulau Umang-umang

Pukul 15:00 saatnya bersiap diri untuk menghadapi indahnya pulau Umang-umang, pulau yang digambarkan dengan pasir putih nan lembut dan terumbu karang yang dijadikan rumah oleh berbagai jenis ikan. Benar saja, ketika pulau tersebut sudah cukup jelas dari pandangan terlihat pemandangan yang sunggu cantik. Pantai yang bersih dan indah dengan lembutnya pasir putih menghiasi sore kami. Setelah berjalan mengelilingi pantai, saatnya untuk berkenalan dengan air dan mengintip indahnya kehidupan di dalamnya. Matahari sudah berada di ufuk barat, saatnya kami kembali ke Pulau Sebesi. Sebelum kembali, sang nahkoda mengajak kami untuk berkeliling pulau sebesi dengan perahunya sambil menunggu sang matahari bersembunyi.

Sampainya di Pulau Sebesi, kami langsung bersih-bersih diri dan berlomba mencharge semua perangkat elektronik. Perlu diingat, di pulau ini pasokan listrik hanya tersedia di malam hari karena tiadanya jaringan listrik dari pulau Sumatra. Saat sebagian teman memilih untuk berjalan ke pantai, saya memilih untuk memejamkan mata sejenak. Makan malam telah disediakan, saatnya mengisi tenaga sebelum beristirahat untuk melanjutkan perjalanan dini hari menuju tujuan utama, Gunung Anak Krakatau. Alarm berbunyi, menunjukkan pukul 2 pagi. Kami bergegas untuk bersiap diri menuju Krakatau. Kami memutuskan untuk langsung kembali setelah dari Krakatau, tidak balik lagi ke Sebesi untuk mempersingkat waktu. Jam 3 pagi, kami berangkat menuju Krakatau. Cuaca pagi itu hujan, ombak pun mengombang ambingkan perahu yang kami tumpangi. Sekitar 1,5 jam kami sampai ke anak Krakatau.

Anak Krakatau
Anak Krakatau

Sesampainya di Anak Krakatau, kami diberi pengarahan oleh petugas Cagar Alam Krakatau. Disana kami di beritahu jika saat itu gunung sedang aktifΒ  ditandai dengan beberapa hari terahir sering ada guncangan dan asap tebal yang keluar dari mulut kawah. Pukul 5:30 kami berangkat, dengan bermodal senter dari powerbank kami menembus hutan sebelum akhirnya dihadapkan dengan tanjakan yang bermedan pasir. Meskipun cukup lambat, akhirnya kami mencapai puncak dalam waktu kurang lebih 1 jam. Puncak yang dimaksud bukanlah puncak anak Krakatau, tapi puncak tertinggi yang diijinkan untuk di daki. Setelah puas berfoto, kami langsung turun. Maklum perut sudah keroncongan, dibawah sudah menunggu sarapan yang kami bawa dari pulau Sebesi.

Lagoon Cabe
Lagoon Cabe

Perjalanan selanjutnya adalah ke Lagoon Cabe, salah satu spot snorkeling andalan di sekitar Krakatau. Ketika perahu sudah mulai berhenti, kami terkesima dengan pemandangan dasar laut yang cukup jernih dan dapat terlihat dari atas perahu. Pemandangan tersebut membuat kesabaran kami terusik, tak sabar untuk menceburkan diri ke laut. Tanpa sadar kami menghabiskan banyak waktu untuk snorkling karena terpukau dengan keindahan bawah lautnya, dikala sang ikan malu-malu bersembunyi dibawah rumah mereka yang berwarna-warni.

Duduk di atap perahu
Duduk di atap perahu

Setelah puas di Lagoon Cabe, kami melanjutkan perjalanan menuju Canti. Saya memilih untuk berpanas-panas di bagian depan perahu sambil menikmati deburan ombak sekalian mengeringkan pakaian. Kami sampai di Canti sekitar pukul 13:30, karena kamar mandi masih mengantri kami memilih untuk makan siang terlebih dahulu. Pukul 15:00 menuju Bahauheni dengan angkot yang kami sewa. Setelah itu menuju Merak dan kembali ke daerah masing-masing.

Rincian biaya perjalanan

Individu :

  • bus ke merak PP : 40.000
  • Kapal Merak-Bakauheni PP : 23.000 (ditambah biaya ruang VIP 18.000 *opsional)
  • Sarapan di lampung *opsional, itung aja 20.000 πŸ˜€
  • Makan prasmanan selama di Sebesi (makan siang, malam dan sarapan) 3×15.000 : 45.000

Rombongan (6 orang) :

  • Sewa angkot Bakauheni-Canti PP katanya standarnya 300.000 , tapi saya kena 450.000 πŸ™ (@75.000)
  • Perahu yang akan mengantar kita katanya sih : 2.200.000 (all in), 1.500.000 (Ekonomis). Kalau saya nebeng rombongan lain, jadi cuman 750.000 (@125.000) – Perahu muat hingga 25 orang, jadi optimalkan penumpang kalau lebih sayang kantong πŸ˜€
  • Penginapan 200.000 (@34.000)
  • Sewa snorkel, cuman 4 pasang, yang 2 lagi nguntit rombongan sebelah πŸ˜€ : 120.000 (@20.000)

Total pengeluaran masing-masing personil kurang lebih 400.000, tentu pengeluaran lain tergantung individu. pembelian keperluan-keperluan lain belum dihitung, sunblock pun cuman nyomot punya temen πŸ˜›

Photo Galery

10 responses to “Menjelajah Cagar Alam Krakatau”

  1. kontaknya ilang masbro πŸ™
    pak ayun bisa nyariin kapal+penginapan all in.
    kalau angkot dulu gw dapet nyari di terminal bakauheni.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *