Menikmati Pulau Tunda
Akhirnya ngepost tentang jalan-jalan lagi. Biar ga sepaneng nyari duit mulu, mari sejenak kita menikmati keindahan alam di utara Serang. Perjalanan ke Pulau Tunda kali ini berlangsung dari tanggal 7-8 Maret 2015. Kali ini saya ikutan open trip aja, karena emang susah ngumpulin temen banyak buat bikin trip sendiri. Sempet bongkar pasang personil, akhirnya berhasil membujuk 3 orang sosok lain di Ikemas untuk menemani saya dan Wahyu menikmati pulau Tunda.
Sabtu, 7 Maret rombongan menuju titik kumpul di Untirta, Serang. Sebagian berangkat dari Pulo Gadung, Kampung Rambutan, Slipi Jaya dan juga Kebon Jeruk. Saya sendiri berangkat dari Slipi Jaya beserta 2 orang teman lainnya. Setelah menikmati perjalanan pagi (tidur di bus), akhirnya nyampai juga di Serang. Angkot yang akan membawa ke dermaga sudah menunggu, namun apa daya perut yang menuntut pertanggungjawaban.
Sesampainya di dermaga, kami melanjutkan perjalanan dengan kapal yang telah disewa. Perjalanan laut pun dimulai, angin yang sepoi-sepoi ditambah timang-timang air laut membuat badan ini berasa nyaman dan menuntut untuk dibaringkan. Tak terasa ternyata kapal telah merapat ke dermaga, disambut riang anak kecil yang sedang memancing. Kami menuju ke penginapan yang tidak jauh dari dermaga menaruh barang dan bersiap untuk berkenalan dengan air laut.
Hari pertama kami mengunjungi beberapa spot snorkling di sekitar pulau. Di pulau Tunda masih cukup sepi, jauh lebih sepi daripada Kepulauan Seribu. Namun itulah indahnya jalan-jalan, menghilangkan penat dan jauh dari hiruk pikuk keramaian juga hiruk pikuk suara hp. Siap-siap saja, disana hanya ada listrik pada saat gelap datang. Selain itu disana tidak bisa dengan mudah kalian mendapatkan sinyal seluler.
Menjelang sore, kami kembali ke penginapan untuk bebersih diri dan menyambut matahari tenggelam. Menempuh perjalanan yang tak begitu jauh, meskipun tak bisa dibilang dekat juga, kami menuju pantai yang terletak di bagian barat pulau. Tak seperti lautnya yang indah, menurut saya pantai disana kurang begitu terawat dan terkesan berantakan. Namun tidak masalah, karena kami tetap menikmati suasana tersebut. Saat itu langit tidak begitu bersahabat sehingga kami tidak bisa menyaksikan matahari di tengah horison. Menjelang gelap kami memutuskan untuk kembali ke penginapan, karena akses jalan kesana tidak ada penerangan dan hanya mengandalkan senter yang terbatas.
Menikmati malam, kami bercengkerama di teras penginapan sambil menikmati makan malam. Menunya standar, beberapa ikan yang telah dibantai dan dibakar. Namun makanan terasa sangat lezat karena disajikan di suasana yang begitu pas ditambah racikan sambal yang wah. Rombongan cewek menghabiskan malam dengan bermain karambol, namun jangan ditanya peraturan mana yang mereka gunakan karena mereka hanya menggunakan peraturan “katanya” yang pastinya akan membuat orang lain bingung. Empat orang cowok lebih memilih menghabiskan waktu untuk bermain domino, sementara cowok sisanya menonton yang seru karambol sambil teriak-teriak. Permainan domino kami tidak menggunakan hukuman fisik, apalagi taruhan. Hanya yang kalah harus melebarkan hati, usus hingga pantat karena akan dihina, dicaci maki dan dicela sepuasnya.
Hari kedua beberapa memilih melihat matahari terbit, sebagian lagi lebih memilih melanjutkan petualangan di mimpi masing-masing. Setelah menikmati sarapan, kami kembali menjelajahi lautan sekitaran pulau untuk mencari spot snorking lagi. Banyak ikan-ikan indah yang bermain petak umpet di sekitaran terumbu karang.
Puas menikmati keindahan laut, kami kembali ke penginapan untuk bebersih dan beberes sebelum kembali ke Pulau Jawa. Setelah makan siang kami menuju ke dermaga. Tenaga di badan ini tinggalah sisa-sisa saja karena telah dihabiskan untuk bermain di laut. Namun pikiran dan hati seperti terisi energi baru untuk menghadapi hari selanjutnya. Bersiap dengan semangat untuk menyambut hari Senin, mengumpulkan pundi-pundi uang untuk menikmati keindahan alam lagi di waktu selanjutnya.
Sampai ketemu lagi di cerita-cerita perjalanan selanjutnya
Leave a Reply