ZUL

berbagi cerita lewat kata-kata


Magic of Communication

Pada tanggal 21 Maret kemarin, Bp. Erwin Kurnia Wijaya membahas tentang bagaimana teknik komunikasi yang baik. Cara berkomunikasi sering dianggap remeh oleh sebagian orang. Padahal komunikasi adalah salah satu ujung tombak bagi kelangsungan hidup, baik dalam hidup bermasyarakat, maupun dalam dunia bisnis. Banyak kesalahpahaman yang terjadi hanya karena sedikit ketidakpasan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, ilmu atau teknik berkomunikasi sangat perlu untuk dipelajari.
Untuk berkomunikasi, kita harus selalu mengutamakan hal-hal positif. Karena dengan hal-hal positif, pikiran kita akan terangsang untuk melakukan hal-hal yang positif pula, menambah semangan dan kepercayaan diri. Namun sebaliknya, apabila kita memikirkan hal yang negatif, otak kita juga akan selalu mengunci hal itu. Pikiran kita tidak akan berkembang dan sugesti buruk itu akan tetap menjadi batas atas dalam pikiran kita.
Pada dasarnya, sistem komunikasi bisa dilakukan dengan tiga metode, yaitu secara visual, auditoria dan kinestetik/rabaan. Tiap orang mempunyai kriteria yang berbeda terhadap tiga hal tersebut. Ada orang yang cenderung bersikap visual, auditoria ataupun kinestetik. Walaupun demikian, masing-masing orang memiliki ketiga kriteria tersebut, dan ada satu kriteria yang paling menonjol diantara ketiganya. Dan kriteria ini pun dapat berubah ketika orang menempati suatu lokasi yang mengharuskannya menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana dia berada. Pada pertemuan kali ini juga dibahas bagaimana cara menentukan kriteria seseorang dalam berkomunikasi.
Pada orang yang mempunyai kecenderungan komunikasi secara visual, biasanya dia selalu melakukan kontak mata saat berkomunikasi dan posisinya tidak terlalu dekat karena lebih nyaman untuk melihat. Saat memikir, dia lebih cenderung untuk melihat keatas. Orang yang mempunyai kriteria ini juga lebih nyaman mengungkapkan pendapatnya dengan menggunakan bahasa penglihatan ataupun membuat coretan.
Orang yang berkecenderungan berkomunikasi secara auditoria berbeda dengan orang visual. Orang auditoria lebih mengutamakan indra pendengaran dan lebih senang dekat dengan lawan bicara karena akan lebih memperjelas apa yang didengarnya. Orang tipe ini sangat detail dalam mendengar apa yang diucapkan lawan bicara dan akan mengingatnya secara baik. Dia akan mengungkapkan pendapatnya dengan bahasa yang cenderung menggunakan suara.
Orang kinestetik atau peraba juga memiliki kriteria tersendiri. Orang tipe ini akan cenderung melihat kebawah apabila berbicara. Dia akan sangat mengutamakan kenyamanan dalam berpakaian. Dia juga hanya akan membuat keputusan apabila dirinya sudah merasa mantap dan benar-benar pas akan hal yang akan dia putuskan. Dalam mengungkapkan pendapat, orang tipe ini lebih mengandalkan bahasa perasaan ataupun perabaan.
Dalam berkomunikasi juga sangat diperlukan teknik pacing-leading. Orang akan cenderung untuk me nyamakan posisi dalam berkomunikasi. Penyamaan posisi tidak hanya posisi badan dalam berbicara, namun juga menyamakan suara, menyamakan karakteristik lawan bicara ataupun mirroring(mengambil arah yang berlawanan). Selain itu, bisa juga kita menyamakan gaya bicara, hoby ataupun kultur daerah dari lawan bicara kita. Teknik ini sangat baik untuk melakukan pendekatan diri kepada seseorang, sehingga kita akan lebih akrab dengan lawan bicara dan pembicaraanpun akan semakin nyaman.

3 responses to “Magic of Communication”

  1. Komunikasi memang gampang2 susah, maka dari itu saya kuliah di jurusan komunikasi, hehe

  2. sudah sebegitu parahkah sehingga harus dibuat ilmu ? hehehe…mbah LUHAN pernah bilang, Media is the message. Filsuf seringkali mencari esensi, dan enggan bergumul dengan cara. Semoga bukan hanya cara tetapi isi dari komunikasi itu juga diperhatikan. @donY kapan lulus don !!

  3. iya nih..menurut primbon yang pernah saya baca, teknik berkomunikasi peringkatnya jauh lebih diperlukan daripada IPK….wkwkwkwkw…makanya IPK ga perlu tinggi-tingi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *