ZUL

berbagi cerita lewat kata-kata


Kebudayaan Jawa di Ibu Kota

Wayang orang, suatu kalimat yang tidak asing di telinga kita. Namun untuk menemukan “wujud nyata” nya tak semudah saat kita mendengarnya. Kesenian yang diciptakan oleh Sulta Hamangkurat I pada tahun 1731 tersebut merupakan perwujudan dari cerita pewayangan yang dibawakan oleh manusia sesuai karakter masing-masing wayang. Pakem cerita wayang orang tidak berbeda dengan wayang kulit, hanya bedanya pada wayang orang masing-masing orang bertindak sebagai “pengganti” dari karakter wayang.

Gatutkaca Ngedan
Gatutkaca Ngedan

Sangat jarang insan Indonesia yang masih getol mempertahankan kebudayaan asli Indonesia ini. Hanya untuk menyaksikan saja banyak yang tak berminat, apalagi untuk “berperan aktif”? Hanya tinggal beberpa tempat saja yang masih bertahan untuk mengadakan pagelaran wayang orang, salah satunya adalah gedung pertunjukan wayang orang Bharata Purwa yang berlokasi di Senen, Jakarta. Gedung tersebut menyelenggarakan pagelaran wayang orang seminggu sekali, yaitu tiap hari Sabtu jam 20.00.

Gatutkaca Ngedan
Gatutkaca Ngedan

Setelah mendapat ajakan dari teman untuk menonton wayang orang, tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan. Penasaran mencari tempat hiburan di Jakarta yang bisa benar-benar bisa me-refresh otak. Kebetulan saat itu jadwal pertunjukan di gedung Bharata Purwa adalah “Gatutkaca Ngedan”.

Pertunjukannya tak jauh beda dengan cerita pakem pewayangan, hanya saja terdapat kreasi dan perubahan cerita yang bisa menarik perhatian penonton. Aksi menawan dari tari pembuka, kejenakaan para cantrik, konyolnya Punokawan, seramnya para buto hingga gagahnya Pandawa serta putra Pandawa.

Gatotkaca Ngedan
Gatotkaca Ngedan

Meskipun sudah sering menyaksikan pagelaran wayang orang di Bandung, baik dari UKM Djawa Tjap Parabola (IT Telkom), PSTK ITB ataupun sanggar seni Ladrang Kesumo, ini adalah pengalaman pertama saya menyaksikan pagelaran wayang orang di Jakarta. Sebuah event yang dapat menghibur sekaligus melestarikan budaya jawa, bukan hanya bertajuk hura-hura.

Gatotkaca Ngedan
Gatotkaca Ngedan

Cerita terkait :

BragaFest
PesonaBudaya

Galeri terkait :

Pagelaran 1
Pagelaran 2

6 responses to “Kebudayaan Jawa di Ibu Kota”

  1. wahahaa,,,,
    maap..maap..
    wingi gur ajak2 nang group whatsapp tok…
    hehehe…
    lain kali wis…
    insyaallah sesasi pisan (ben rodo ngirit)

  2. katanya tiketnya murah ya bang ? trus didalamnya bisa mesen makan-minum seperti naik bis ekonomi hehehe….nyatai tenan

  3. kalau mahal/murahnya kan relatif ๐Ÿ˜€
    kalau bagi saya untuk kelas pertunjukan seperti itu dengan harga yang ditawarkan sebanding..ga rugi deh ๐Ÿ˜‰

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *