Home » hiburan » Menikmati Kesunyian Gunung Halimun Salak
       

Menikmati Kesunyian Gunung Halimun Salak

Sabtu, 12 November 2011 tak bedanya dengan hari sabtu Lain. Namun kali ini kami membuat rencana untuk menyegarkan otak yang mulai penat dengan kerjaan. Dimulai dari ide seorang kawan untuk menjelajahi taman nasional Gunung Halimun (TNGH), kami pun mulai membuat rencana dan rute yang akan kami tempuh dengan motor. Akhirnya kami memutuskan untuk mengambil jalur Depok-Bogor-Parungkuda-Kabandungan-TNGH

Hanya tiga orang yang berangkat, namun itu tidak menyurutkan semangat kami untuk menuju salah satu taman nasional di Jawa Barat tersebut. Jumat malam, kami berkumpul di Depok. Sabtu pagi, pukul 04.00 kami memulai perjalanan dari depok dengan arah Jalan Sukabumi. Pukul 05.30 kami beristirahat dan sholat Subuh di daerah cicurug, sekalian mencari sarapan dan menunaikan beberapa ritual pagi ;).

Di pertigaan Parungkuda, kami ambil jalur ke kanan untuk menuju Gunung Halimun. Cukup senang rasanya ketika pukul 07.00 kami menemukan pos pengunjung TNGH di Kabandungan, tanpa basa basi kami pun langsung masuk dan melapor. Sedikit tercengang ketika penjaga mengatakan bahwa TNGH masih sekitar 30km. Sial, dikira sudah dekat. Kami pun kembali melanjutkan perjalanan, dengan perkiraan 1 jam perjalanan akan sampai ke tujuan. Namun harapan itu mulai sirna ketika kami menemukan jalan yang semakin kecil dan sangat menyiksa bagi pengendara motor. Karena jalan tersebut hanya berupa tumpukan batu yang tajam dan cukup licin. Kami masih terus optimis dan berharap jalan batu akan berahir beberapa kilo meter lagi.

TNGH
Plang Selamat Datang TNGH

Kami cukup lega ketika mendapatkan sebuah papan selamat datang, ditengah hutan yang cukup sunyi, tak ada suara kendaraan selain dari dua motor yang kami tunggangi. Tak lama kemudian ada suara truk dari arah berlawanan. Kami pun bertanya kepada sopir truk tentang jarak ke TNGH. Sekali lagi kami tercengang ketika sopir itu mengatakan jaraknya masih sekitar 15 km lagi, dan apes nya lagi jalan yang akan dilewati semuanya adalah jalan batu. Akhirnya kami beristirahat sejenak sambil menghela nafas. Meregangkan otot-otot yang lelah menahan stang motor untuk tetap jalan stabil. Foto-foto narsis di tengah rindangnya hutan menjadi opsi wajib.

Perjalanan kami lanjutkan, dengan hati-hati kami berjalan ditengah licinnya jalanan batu. Sesekali kami menemui sekelompok warga yang nampaknya akan pergi ke hajatan di desa seberang (seberang gunung kali ya).  Sekitar pukul 11.30 kami sampai ke Research Station Cikaniki, disana kami menemui seorang penjaga dan berbincang tentang TNGH. Kami memarkirkan motor disana dan melanjutkan berjalan ke tengah hutan untuk menikmati udara segar. Nampaknya hujan akan segera turun, dan kami pun kembali ke research station untuk berteduh.

Hujan sudah reda, kami pun melanjutkan perjalanan untuk mencari penginapan. Sekitar 5km dari research station kami mendapati sebuah kampung kecil yang bernama Citalahap. Disana terdapat rumah-rumah warga yang sekaligus sebagai homestay untuk para wisatawan. Tempatnya sungguh asri, sunyi dan warganya sangat ramah.

Curug Macan
Plang menuju ke Curug Macan

Setelah beristirahat sejenak dan menaruh bekal di penginapan, kami pun melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju Curug Macan yang berjarak kurang lebih 2km. Nampaknya taman nasional ini kurang terawat, banyak fasilitas yang rusak dan tidak dapat dipakai lagi.

Indahnya Pemandangan
Indahnya Pemandangan

Setelah puas berfoto dan bermain air di curug macan, kami pun kembali ke penginapan. Untuk makan malam, kami memasak mie instan yang telah kami bawa dan mendapatkan nasi putih dari pemilik rumah. Alhamdulillah, sebuah perjalanan yang cukup berkesan untuk menutup hari ini dengan mimpi.

HomeStay
Rumah yang kami singgahi

Pagi hari, kami menuju ke tempat yang konon sering muncul elang jawa. Kami duduk-duduk disana menanti elang jawa sambil menghirup segarnya udara yang ga akan kami temui di Jakarta. Setelah sekian lama menunggu, kami tak menemukan satu pun sosok elang, Mungkin karena kami kesiangan. Kembali, foto narsis pun menjadi pilihan.

Setelah agak siang, kami pun memutuskan untuk kembali. Mandi Pagi dan sarapan di homestay menjadi lebih nikmat karena pikiran kami benar-benar segar dan suasana yang sangat berbeda dari sumpeknya Jakarta. Kami pun berkemas untuk kembali ke Jakarta. Kali ini kami memilih jalur yang berbeda dari jalur berangkat. Dari Citalahap, kami menuju arah Malasari yang memiliki jalur batu lebih pendek.

Selamat Datang
Gerbang masuk dari arah Malasari

Setelah sampai malasari, kami tidak langsung mengambil jalur ke bogor. Terlebih dahulu kami menuju tempat yang dahulunya digunakan sebagai kantor administrasi sementara Bogor pada saat penjajahan. Disana kami pun berbincang dengan sesepuh desa, dan mendapatkan cerita tentang perjuangan para warga untuk menyelamatkan bogor dan tetap menjadikan bogor sebagai kuasa pribumi.

Hari sudah semakin siang, kami pun memutuskan untuk kembali. Jalur ke Bogor cukup terjal. dan beberapa kali pembonceng harus berjalan kaki karena motor tak sanggup untuk melewati tanjakan yang sangat tinggi. Akhirnya kami pun sampai Bogor pada jam 14.00.

Sambil makan siang dan ngobrol, kami membuat rencana selanjutnya. Pada hari  itu Timnas Seagames akan menjamu Thailand di GBK. Karena diperkirakan pukul 18.00 kami belum sampai rumah masing-masing, akhirnya kami memutuskan untuk langsung menuju GBK untuk memberikan semangat pada garuda muda.

Tiket GBK
Tiket Indonesia vs Thailand

Perjalanan pun berahir, setelah nonton sepak bola dan dilanjutkan makan malam, kami kembali ke rumah masing-masing.

Galery : Picasa

Video : Yutube

2 Comments

  1. Ping from Joulecar:

    mangkat ko jakarta og berooo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CommentLuv badge
[+] kaskus emoticons nartzco